Monday, June 30, 2008

Batir Sing Bumiayu

Bahri, batir SD-ne enyong esuk-esuk mampir maring kantor. Jarene pan mampir maring kantor pusate sing perek karo kantore nyong. Kebeneran bosse nyong durung ana, dadine bisa ngobrol2 madan sue. Seneng nemen wis lawas ora ketemu bisa ndopok ngalor ngidul.
Sing aneh, waktu nyong ketemu karo Chirzun pertama kali ning Tajakar. Kebeneran aku sing Depok pan maring Gambir numpak Depok Express. Ning sepur iseng-iseng aku maca buku. Ora suwe krasa ana wong njagong ning sebelahe aku logag logog melu maca buku sing tak cekel. Krasa keganggu, nyong nglinguk tak delengi wonge, jebule si Ijun anake Pak Khayi, Pengempon. ya wis akhire crita-crita apa bae.
Ngrungokna critane jakwir-jakwir, dadi kemutan Helmi Zakaria, Dukuhturi. Gemiyen bocahe ngenekna/lucu. Ngomonge sokan ceplas ceplos. Salah sijine crita lagi ning SMAN Bumiayu, Talok. Ari maring sekolahan dheweke kadang-kadang numpak vespa-ne si Is kakange. Suatu saat Juneng, bocah Kalierang, pan melu mbonceng. Ding Helmi Junenge diomongi, "Neng, kesed ndisit rah!". Bocahan pada ngakak ngrungoknane. Raine Juneng langsung merkabak. Saiki akur maning mbuh ora kuwe bocah loro.
Sawise ndopok karo Bahri, ngrencanakna ketemuan karo kanca2 liyane. Mbene ngubungi bocah siji bae, ngatur waktune wis angel nemen. Masing-masing pada duwe acara dhewek-dhewek. Gemiyen tah ana arisan sing dianakna daning wong Bumiayu sing meranto maring Jakarta. sing olih arisan, wulan ngarepe dadi tuan rumah. Prinsipe sich sing penting bisa silaturahmi. Saiki tah angel nemen ngumpulna wong-wonge. Wis kakeyen neya sing manggon ning Jakarta lan sekitare. Nyong dhewek ngrasakna angel nganggo ngumpulna sedulur, saking akehe. Ketemune paling ari bada, kuwe gen sedelat. Sing ora ketemu ya akeh, wong balike maring Bumiayu ora bareng waktune.

Ban Mobil Kena Paku

Minggu pagi ketika mo ngajak jalan anak, liat ban mobil bagian belakang sebelah kiri agak kempes. Sudah sekitar dua minggu terjadi seperti itu, meskipun sudah di pompa, tetapi kempes lagi. Waktu mau di pompa lagi di tukang tambal ban di pinggir jalan, keliatanlah sebuah paku menancap dalam di pinggiran ban, cuma kelihatan bagian atasnya. Kata si tukang tambal ban, untung ini ban tubless, kalo pake ban dalem bisa-bisa udah koyak2 tuch. Saya lihat paku itu cukup panjang, paku beton yang sudah karatan dan bentuknya melengkung ke dalam. Mudah-mudahan sich itu bukan kelakuan penyebar paku yang menyebarkan paku2 ke jalan raya, meskipun saya curiga juga karena bentuk pakunya seperti sengaja dibuat demikian. Saya bayangkan, bagaimana kalau itu terjadi pada para pengendara motor yang masih pake ban dalem, bisa2 dia harus membeli ban baru yang harganya cukup mahal. Belum lagi kecelakaan yang bisa ditimbulkan dari kejahatan itu.
Selesai nambal, si tukang minta ongkos lima belas ribu rupiah.

Ikang Bakar

Hari Sabtu, 28 Juni '08 pergi ke Makassar setelah sekian lama, mungkin sekitar setahun, gak berkunjung ke sana. Berangkat pagi jam 05.30 dan pulang jam 17.00 sore hari yang sama dengan Lion Air. Sebelum berangkat sudah terbayang ikan bakar dan otak-otak. Sampai di Bandara Sultan Hasanuddin disuguhi sarapan. Kebetulan, karena Lion Air tidak menyediakan makan - minum, ketika liat makanan jadi terasa makin lapar. Menunya, nasi ketan dan ketupat dengan lauk coto makassar dengan kuah kentalnya berisi daging sapi dan jeroan, dan soto ayam, juga otak-otak. Siangnya makan di Rumah Makan Ratu Gurih dekat pantai Losari. Ada menu soto/sop ikan, udang, otak-otak, ikan bakar. Enak banget. Sayang sekali sore hari dah harus balik ke Jakarta, jadi gak sempat liat2 kota dan merasakan makanan di tempat lain. Sampai di Jakarta, dikasih tau kalo ada oleh-oleh soto/sop kepala ikan, karena waktu mo berangkat dari Makassar buru-buru jadi oleh-olehnya ketinggalan dan dititipkan ke orang pada penerbangan berikutnya. Dengan sabar saya tunggu kiriman itu. Sampai rumah, makan pake lauk yang dibawain. Bener2 uenak!

Wednesday, June 25, 2008

Democrazy

Membaca berita di surat kabar hari ini mengenai kebrutalan demo mahasiswa dengan membakar mobil menjadikan hati saya miris. Apakah ada yang salah dalam sistem pendidikan kita? Demonstrasi apakah harus dilakukan dengan kekerasan? Saya kira bisa dilakukan dengan santun. Mudah-mudahan yang melakukan hal tersebut bukan mahasiswa. Kayaknya mahasiswa jadul yang demo yang dikejar-kejar aparat keamanan dan menjadi korban, tetapi tidak mengorbankan orang lain.
Saya beberapa kali mendengar keluhan para sopir angkutan umum dengan adanya kemacetan yang diakibatkan oleh pendemo. Sehari-hari sudah macet ditambah lagi demo-demo yang membuat jalanan semakin macet. Hal tersebut mengurangi penghasilan harian mereka, karena rit(satu rit artinya satu kali perjalanan keberangkatan dari terminal awal ke terminal akhir hingga kembali ke tempat semula/ pergi pulang)-nya berkurang.
Mudah-mudahan yang diperjuangkan oleh pendemo itu bernilai, sehingga bisa menjadikan negeri ini lebih baik lagi, terutama bagi rakyat kecil.

Tuesday, June 24, 2008

FIRST LOVE

Semalam anakku rewel, mungkin karena kepanasan. Dia minta minum, ketika ditawari dia bilang minta teh ayah, dan dia minta supaya aku yang membuatkan. Dengan langkah gontai, malas dan terpaksa saya membuatkan teh manis hangat buat dia dan kembali tidur. Whuaduh, aku menjadi tersadar, betapa kuatnya istriku. Selama ini dia yang membuatkan minum buat Azry di malam hari, terbangun dan menidurkannya kembali, sementara aku terlelap karena merasa pekerjaan kantor yang sangat melelahkan sehingga aku berhak untuk mendapatkan tidur yang cukup. Selama ini aku tidak sadar, betapa melelahkannya pekerjaan yang dilakukan oleh istriku. Menyiapkan segala sesuatunya untuk melayani keluarga, dalam keadaan apapun, lelah, sakit, kurang tidur tanpa pernah mengeluh sedikitpun. Sebagai suami yang egois, aku hanya bisa mengucapkan terima kasih istriku, I love u in this world and in the hereafter. Terima kasih Tuhan yang telah memberiku istri yang selama ini kuidam-idamkan.

Inget lagu Nat "King" Cole, When I Fall in Love, yang direkam ulang oleh putrinya Natalie Cole. Dengan kemajuan teknologi, Natalie bisa berduet dengan ayahnya menyanyikan lagu tersebut. Lagu tersebut kupersembahkan untuk istriku tercinta.

When I Fall in Love

When I fall in love
it will be forever
or I'll never fall in love
in the restless world like this is,
love is ended before its begun
and too many moonlight kisses
seem too cool in the warm of the sun
When I give my heart
it will be completely
or I'll never give my heart
and the moment I can feel that
you feel that way too
is when I fall in love with you

Cerita lain tentang ingatan masa kecil

Perbedaan yang berada di sekeliling kita bisa menjadi alat pemersatu atau sebaliknya. Begitu juga perbedaan agama dan keyakinan. Ingatan kembali ke masa kecil awal tahun 1980-an ketika seseorang menanyakan kepada saya, "kon melu (anda ikut/penganut) NU (Nahdlatul Ulama) apa melu Muhammadiyah". Saya tertegun sejenak, kemudian menjawab bahwa saya tidak ikut keduanya, tetapi saya (beragama) Islam. Kawan saya mendesak saya dengan menyampaikan bahwa saya harus memilih salah satu. Saat itu, perbedaan/khilafiyah antar pengikut kedua organisasi tersebut sangat tajam, hingga mempengaruhi cara pandang anak-anak dalam bergaul dengan sesamanya. Bahkan ada Masjid Agung Baiturrahim Bumiayu yang pengurusnya dari kalangan NU dan Masjid Istiqlal Dukuhturi dari kalangan Muhammadiyah.
Kebetulan saya bersekolah di SD Islam Ta'allumulhuda Bumiayu yang mengajarkan tentang hidup rukun meskipun berbeda keyakinan. Para gurunya mengajarkan cara-cara beribadah dari kedua pandangan tersebut. Saya ingat diajarkan tentang do'a iftitah versi NU dan Muhammadiyah, dan doa-doa lainnya yang masing-masing agak berbeda. Para murid dipersilakan untuk memilih yang mana yang mereka sukai untuk melakukannya. Mereka juga selalu menekankan bahwa yang tidak beribadah itu yang salah. Pada banyak kesempatan, mereka menyampaikan bahwa jangan sampai kita hanya berdebat tentang do'a qunut semalaman, kemudian bangun kesiangan sehingga waktu sholat shubuh terlewat. Siswa-siswa kelas lima atau enam diminta oleh para gurunya untuk silaturahmi kepada tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah Bumiayu, juga datang kepada pimpinan organisasi kepemudaan dari kedua pihak. Selanjutnya saya memilih untuk beribadah dengan cara-cara NU.
Pada suatu kesempatan, beberapa tahun kemudian, saya bertemu dengan alm. Bapak Ali Asraf, pensiunan pegawai Ditjen Pajak yang menceritakan bahwa dulu, dia dan kawan-kawan di Jakarta yang berasal dari Bumiayu mengundang ulama besar Buya Hamka sebagai pimpinan Muhammadiyah untuk datang ke Bumiayu untuk meredam ketegangan yang ada pada saat itu. Buya Hamka dimohon untuk menyampaikan ceramah tentang pentingnya persatuan dan perdamaian. Yang kami ingat waktu itu adalah Buya Hamka sholat shubuh di Masjid Baiturrahim dengan melakukan doa qunut, sebagaimana yang dilakukan oleh kalangan NU. Sejak saat itu, perbedaan-perbedaan yang terjadi semakin menghilang.
Kejadian yang mengagetkan saya bertahun-tahun kemudian setelah kejadian masa kecil tersebut terjadi di Jakarta. Saya mendengar pendapat picik dari seseorang yang mengatakan bahwa saya menduduki jabatan karena faham keagamaan saya. Dalam hati saya bergumam, di abad 21 ini kok masih ada orang yang mempunyai pikiran seperti itu, kejadiannya di Jakarta lagi, sebagai kota metropolitan, cape dech, atau bisa jadi memang seperti itu?

Tuesday, June 17, 2008

A piece of memories

Menonton televisi yang memberitakan tentang pengumuman ujian nasional mengingatkan kembali masa-masa ketika masih sekolah tahun 1986-1987. Meskipun hanya dua tahun di SMAN 16 Palmerah Jakarta (masih kebanjiran gak ya?), tetapi sangat berkesan. Dimana ya temen2 SMA dulu kayak Dida yang suka gue tebengin naik motornye, Ocem (Hendri), Michael, Nicholas, Ivan, Yola, Deni, Anggi, Rida, Nunik, Angga, Sondang dan lain-lain. Terakhir ketemu Rahmat di KRL Bogor Express. Itupun sekitar 3 tahun lalu.
Seperti umumnya siswa sekolah menengah, setelah pengumuman kelululusan, bagi yang lulus melampiaskannya dengan mencoret-coret baju teman-teman, begitu juga yang saya lakukan. Setelah itu, bingung mau ngapain. Orang tua meminta untuk pergi ke Bandung untuk belajar bersama sepupu yang waktu itu kuliah di Universitas Padjajaran dan Institut Teknologi Bandung.
Singkat kata, saya ikut SIPENMARU (sekarang SNPMPTN). Ketika pengumuman, yang dipusatkan di Parkir Timur Senayan, ternyata saya tidak melihat nama saya tercantum dalam koran yang saya beli yang memuat daftar nama peserta yang lulus. Hampir pingsan rasanya melihat hal itu. Dengan berjalan gontai, saya pulang ke rumah. Kepada orang tua saya sampaikan bahwa saya tidak lulus. Saya kira mereka sebetulnya kecewa meskipun tidak memperlihatkannya, karena mereka pernah menyampaikan keinginannya agar saya bisa kuliah di perguruan tinggi negeri dengan alasan biaya kuliah relatif murah dan berkualitas. Namun tidak berarti harapan saya untuk bisa kuliah pupus. Orang tua berpendirian bahwa anak-anaknya harus kuliah dan tidak perlu mengkhawatirkan biayanya. Saya sangat beruntung memiliki orang tua seperti mereka. Akhirnya, saya bisa kuliah di perguruan tinggi swasta di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
Dengan berjalannya waktu, saya menyadari bahwa tidak masuk/kuliah di perguruan tinggi negeri bukan akhir dari segalanya, tetapi masih banyak hal atau prestasi yang bisa dicapai, juga bisa berkawan dengan teman-teman yang 'cool'. Sembari kuliah, saya juga mengikuti kursus bahasa Inggris di LIA Pramuka Jakarta, dan kegiatan lainnya. Ternyata bekal ilmu dan pengalaman berorganisasi yang didapat sebelumnya bisa menjadi modal untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan memperoleh beasiswa kuliah di luar negeri. Bagi saya kuliah di luar negeri sesuatu yang membanggakan, meskipun kata seorang dosen yang meneliti tentang pendidikan di Jepang bilang bahwa orang Jepang beranggapan bahwa warga negara Jepang yang kuliah di luar negerinya dipandang memiliki kemampuan yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang kuliah di dalam negerinya. Mereka lebih bangga diterima di Universitas di dalam negeri daripada di luar negeri.
Btw, Masih banyak hal yang bisa dilakukan untuk menuju kesuksesan dengan jalan yang benar tanpa harus melalui kuliah atau kuliah di PTN. Kerja keras, kerja cerdas, disiplin dan jujur bisa menjadi modal menuju yang dicita-citakan.

Monday, June 16, 2008

Plagiarism in Blog

Saat ini sudah banyak sekali blog yang dibuat oleh anak-anak, remaja dan orang dewasa dengan beragam isi yang tidak hanya mengungkapkan tentang keseharian penulis blog, tetapi juga hal-hal umum di bidang politik, ekonomi, budaya dan hal spesifik seperti hobi dalam bidang tertentu, seperti fotografi misalnya. Namun dari sekian banyak tulisan, ada beberapa yang masih meng-copy paste tulisan yang dibuat orang lain. Yang mengagetkan justru hal tersebut dilakukan oleh beberapa penulis blog berpendidikan tinggi dari luar negeri. Biasanya universitas-universitas terkemuka di luar negeri sangat menentang plagiarism. Mereka yang terbiasa untuk tidak melakukan hal tersebut, melakukannya di blog mereka. Saya belum tahu alasan yang melatarbelakanginya. Apakah karena keterbatasan waktu yang mereka miliki, atau tidak adanya peraturan menulis di blog atau alasan lainnya. Sangat disayangkan karena pada dasarnya perbuatan tersebut sangat merugikan karena sama dengan mencuri, apalagi itu dilakukan oleh mereka yang berpendidikan tinggi.
NB. Ternyata sudah terbit Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pada Pasal 25 disebutkan: Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Friday, June 6, 2008

Belajar

Ternyata membiasakan diri untuk membaca atau belajar bukan hal yang mudah saat ini bagi saya. Pantas dulu kawan-kawan mengatakan bahwa mumpung (saya) masih bujangan (supaya) belajar yang rajin. Ketika kita disibukkan dengan pekerjaan dan keluarga, maka waktu untuk membaca menjadi hal yang sangat langka. Saya menjadi kagum kepada orang-orang yang berpisah sementara dengan isteri atau suaminya dan anaknya untuk belajar. Kekaguman juga kepada ibu-ibu yang masih tetap belajar atau kuliah sementara mereka juga mendampingi suami dan membimbing anak-anaknya.

Wednesday, June 4, 2008

Antara Disiplin dan Fasilitas

Apabila saya perhatikan, para pengguna jalan di Jakarta masih belum bisa bersikap disiplin. Hampir setiap hari saya melihat kendaraan pribadi dan kendaraan umum selain bus transjakarta melintasi jalur bus tersebut, penyeberang jalan tidak memanfaatkan jembatan penyeberangan yang ada, angkutan kota (angkot) yang parkir seenaknya, atau minibus yang menurunkan penumpang di sembarang tempat, atau memindahkan penumpang ke minibus lain di tengah jalan, juga kendaraan pribadi yang tetap melaju meskipun lampu pengatur lalu lintas menyala merah. Apalagi apabila lampu pengatur lalu lintas padam, maka para pengguna jalan tidak mau saling mengalah sehingga menimbulkan kemacetan. Sampai kapan mereka akan terus melakukan pelanggaran yang tidak saja membahayakan diri sendiri, tetapi juga membahayakan jiwa orang lain? Pelanggaran tersebut mungkin bisa dimaklumi apabila jembatan penyeberangan rusak, sehingga kita bisa menyalahkan pihak yang bertanggung jawab menanganinya.
Suatu hari, saya melihat seorang wanita setengah baya yang kelihatan seperti orang asing dengan rambut pirang menaiki bus yang saya naiki. Dia kesulitan untuk naik karena tangga bus terlalu tinggi baginya, karena itu dia memprotes kepada sopir. Sopir menjawab bahwa itu sudah dari sananya dan menambahkan bahwa itu salahnya sendiri kenapa mau tinggal disini (Jakarta, Indonesia) dengan kondisi begitu.
Saya belum tahu cara agar kita (pengguna jalan dan aparat) bisa membiasakan diri untuk tertib berlalu lintas dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Apakah ini gambaran tentang sikap mayoritas bangsa kita yang tidak peduli dengan keadaan diri dan sekitarnya? Ataukah kejadian ini hanya terjadi di Jakarta? Kenapa kita mampu dan mau antri naik bus ketika berada di negara lain, tetapi tidak di negara sendiri?
Ketika seorang kawan menanyakan apabila saya berada di suatu perempatan yang sepi, hanya ada satu kendaraan yaitu yang saya kendarai, kemudian lampu pengatur lalu lintas menyala merah di depan saya. Apa yang akan saya lakukan?