Wednesday, June 4, 2008

Antara Disiplin dan Fasilitas

Apabila saya perhatikan, para pengguna jalan di Jakarta masih belum bisa bersikap disiplin. Hampir setiap hari saya melihat kendaraan pribadi dan kendaraan umum selain bus transjakarta melintasi jalur bus tersebut, penyeberang jalan tidak memanfaatkan jembatan penyeberangan yang ada, angkutan kota (angkot) yang parkir seenaknya, atau minibus yang menurunkan penumpang di sembarang tempat, atau memindahkan penumpang ke minibus lain di tengah jalan, juga kendaraan pribadi yang tetap melaju meskipun lampu pengatur lalu lintas menyala merah. Apalagi apabila lampu pengatur lalu lintas padam, maka para pengguna jalan tidak mau saling mengalah sehingga menimbulkan kemacetan. Sampai kapan mereka akan terus melakukan pelanggaran yang tidak saja membahayakan diri sendiri, tetapi juga membahayakan jiwa orang lain? Pelanggaran tersebut mungkin bisa dimaklumi apabila jembatan penyeberangan rusak, sehingga kita bisa menyalahkan pihak yang bertanggung jawab menanganinya.
Suatu hari, saya melihat seorang wanita setengah baya yang kelihatan seperti orang asing dengan rambut pirang menaiki bus yang saya naiki. Dia kesulitan untuk naik karena tangga bus terlalu tinggi baginya, karena itu dia memprotes kepada sopir. Sopir menjawab bahwa itu sudah dari sananya dan menambahkan bahwa itu salahnya sendiri kenapa mau tinggal disini (Jakarta, Indonesia) dengan kondisi begitu.
Saya belum tahu cara agar kita (pengguna jalan dan aparat) bisa membiasakan diri untuk tertib berlalu lintas dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Apakah ini gambaran tentang sikap mayoritas bangsa kita yang tidak peduli dengan keadaan diri dan sekitarnya? Ataukah kejadian ini hanya terjadi di Jakarta? Kenapa kita mampu dan mau antri naik bus ketika berada di negara lain, tetapi tidak di negara sendiri?
Ketika seorang kawan menanyakan apabila saya berada di suatu perempatan yang sepi, hanya ada satu kendaraan yaitu yang saya kendarai, kemudian lampu pengatur lalu lintas menyala merah di depan saya. Apa yang akan saya lakukan?

No comments: