Thursday, January 29, 2009

Perjalanan Singkat

Gerimis di pagi hari menerpa kaca mobil yang kukendarai melaju menuju Bandara Soekarno Hatta, Jakarta (Banten). Pagi itu hari Senin tanggal 26 Januari 2009. Tertanda merah pada tanggal itu di kalender. Teringat gerakan dada anakku yang naik turun, nyaman dalam buaian dan salam mesra istriku di depan pintu rumah. Harapan mereka untuk menikmati kebersamaan bersamaku pada hari itu pupus sudah.
Pesawat Garuda Indonesia menerbangkanku ke Solo dilanjutkan ke Sragen. Sebuah kota kabupaten di bagian selatan Jawa Tengah. Hamparan sawah organik membentang di sepanjang jalan. Kulihat makanan-makanan tradisional yang hampir terlupakan: ganyong, ubi rebus, nasi pecel dibungkus daun jati.
Sore hari perjalanan dilanjutkan ke kota sepeda onthel, Jogja. Malioboro masih padat, sesak oleh manusia, kendaraan, pajangan kain dan kayu. Istana Presiden, Gedung Agung, terlihat anggun dibalik kemeriahan kota.
Jogja - Surabaya aku tempuh kurang dari satu jam dengan menumpang pesawat Lion Air. Bandara Juanda kelihatan lebih bercahaya dibandingkan bandara lama. Hanya sempat sebentar di toilet, perjalanan berlanjut ke kota Malang dengan mobil. Pagi itu juga aku turun di sebuah tempat yang tidak terlalu besar di kelilingi perumahan model Belanda. Gambaran ketenangan muncul di lokasi itu. Sebuah hotel dengan kapasitas 52 kamar dengan interior menarik, Graha Cakra Hotel. Bellboy membawakan koperku ke kamar, sementara aku kembali melaju ke tempat acara. Bayangan kasur yang empuk, padu padan bentuk, warna yang indah dalam kamar hotel hanya tinggal impian, karena aku harus kembali ke Surabaya sore harinya. Waktu yang singkat tidak memungkinkan bagiku untuk kembali ke hotel, sehingga aku minta tolong kawan untuk mengambilkan koperku dan membawakannya kepadaku ke tempat acara.
Surabaya sama saja seperti kota-kota besar di Indonesia, macet, penuh sesak. Sedikit kenyamanan aku dapatkan di hotel Shangri-la. Di Surabaya, sempat kulihat bagian atas jembatan Suramadu, sebelum akhirnya aku kembali ke Jakarta menemui orang-orang tercinta. "yes! yes! ayah puyang", teriak anakku yang belum genap 3 tahun. Keceriaan terpancar di wajah bening istriku yang sedang mengandung anak kedua.
Satu bagian kecil dari perjalanan hidup melalui beberapa kota dan desa dengan ciri khasnya masing-masing.
Keluarga ternyata merupakan tempat ternyaman di dunia, bukan kota-kota dengan segala kesibukannya, Jakarta, Surabaya, Medan, Kuala Lumpur, Singapura, Los Angeles, Sydney, Jeddah, Melbourne, Tokyo, London atau desa - desa di pelosok sana. Mereka terasa kering dan hampa, bagaikan kota mati tanpa kehadiran anak dan istri disisiku. May Allah bless us all.

Wednesday, January 7, 2009

Lama tapi Baru

Pagi ini perjalanan ke kantor lebih lancar. Semoga hari ini menjadi hari penuh produktifitas.