Tuesday, November 25, 2008

Kos di Sydney

Banyak hal menarik yang saya alami ketika belajar selama 1,8 bulan di the University of Sydney, NSW, Australia tahun 1998 - 1999. Pertama kali saya naik pesawat adalah ketika terbang menuju Sydney pada bulan Juni 1998 (nasib, umur 30 th baru ngerasain naik pesawat). Enam jam di udara, membosankan. Terhibur melihat pramugari Garuda Indonesia yang cantik2. Di sana dijemput oleh dua orang sahabat senasib dari program OTO Bappenas, yang sudah satu semester belajar di Usyd dan UNSW, Nina dan Sugeng. Where are u, guys? Dari Bandara diantar ke apartemen di Kingsford (teman2 menyebutnya "Kampung Melayu" karena banyaknya orang Indonesia yang tinggal di daerah itu) dekat tempat kos Mas Sugeng. Masih pake sendal, diajak jalan2 ke Opera House, padahal lagi dingin2nya di sana. Sebelum berangkat, saya hubungi mereka dari Jakarta untuk mencarikan tempat kos. Kebetulan ada satu kamar yang dihuni oleh dua orang mahasiswa UNSW, salah seorang dari mereka sedang pulang ke Indonesia. Jadilah aku sementara menempati tempat tidur yang ditinggalkan pemiliknya itu. Kingsford sebetulnya cukup jauh dari Sydney, tetapi terpaksa aku kos di sana seminggu sambil menunggu kamar kosong di International House (IH) di lingkungan Sydney Uni yang sudah dipesan untukku.
Bicara tentang mencari kos-kosan baik rumah maupun apartemen di negeri orang perlu lebih berhati-hati dan cermat dalam memilih. Sebaiknya kita datang ke agen resmi atau bisa juga melalui kawan yang sudah sangat dikenal. Saya pernah mengalami pengalaman kurang menyenangkan terkait dengan itu. Saya setuju ketika ada kawan (Mas Saefuddin) yang ngajak sewa rumah atau studio di apartemen. Kemudian saya mencari informasi dengan menanyakan kepada kawan-kawan lain. Suatu hari saya melihat brosur-brosur yang banyak ditempel di tembok kampus tentang tawaran rumah kos. Saya tertarik karena harganya murah. Ketika saya lihat, rumah tersebut bersih dan lokasinya dekat kampus di Newton. Akhirnya kami putuskan untuk menyewa kamar kos di sana. Belum lama tinggal di sana, ada beberapa orang yang datang ke rumah dan menyampaikan bahwa yang menempati rumah tersebut sudah beberapa bulan tidak membayar sewanya dan perkaranya sedang disidangkan di pengadilan. Ternyata orang yang kami kira pemilik rumah adalah penyewa rumah yang menunggak.
Merasa tidak bersalah, kami tetap bertahan untuk tinggal di rumah itu, disamping kami sudah bayar biaya untuk beberapa bulan dimuka. Keputusan pengadilan memenangkan si empunya rumah dan mau tidak mau kami harus keluar dari rumah itu karena kami tidak membayar sewa kepada pemilik rumah yang sebenarnya, tetapi kepada penyewa. Akhirnya kami putuskan untuk mencari rumah atau apartemen di agen resmi. Maunya sich ngirit, karena kurang teliti jadi rugi. Untungnya ketua jurusan di kampus baik hati sekali, sehingga saya diberi waktu satu minggu lebih lama dibandingkan kawan2 lain untuk mengumpulkan tugas mata kuliah beliau, sambil menyelesaikan urusan perumahan.

No comments: